Informasi Tentang Penyakit Hepatitis C

March 20, 2015
Penyakit Hepatitis C :

Hepatitis C adalah infeksi yang terutama menyerang organ hati. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatits C (HCV). Hepatitis C seringkali tidak memberikan gejala, namun infeksi kronis dapat menyebabkan parut pada hati, dan setelah menahun menyebabkan sirosis. Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sirosis juga mengalami gagal hati, kanker hati, atau pembuluh yang sangat membengkak di esofagus dan lambung, yang dapat mengikabtkan perdarahan hingga kematian.

Seseorang terutama terkena hepatitis C melalui kontak darah, penggunaan narkoba suntik, peralatan medis yang tidak sterill, dan transfusi darah. Sekira 130-170 juta orang di dunia menderita hepatitis C. Para ilmuwan mulai meneliti HCV pada tahun 1970-an, dan memastikan keberadaan virus tersebut pada tahun 1989. Virus ini tidak diketahui menyebabkan penyakit pada hewan lain.

Peginterferon dan ribavirin merupakan obat-obatan standar untuk HCV. Antara 50-80% pasien yang diobati sembuh. Pasien dengan sirosis atatu kanker hati mungkin memerlukan transplantasi hati, namun biasanya virus muncul kembali stetlah transplantasi. Tidak ada vaksin untuk hepatitis C.

Diagnosis Hepatitis C:

Tes diagnosis untuk hepatitis C termasuk antibodi HCV, ELISA, Western blot, dan RNA HCV kuantitatif. Polymerase chain reaction dapat mendeteksi RNA HCV satu hingga dua minggu setelah infeksi, sedangkan antibodi baru terbentuk dan baru dapat ditemukan dalam waktu yang lebih lama.

Hepatits C kronis merupakan infeksi dengan virus hepatitis C yang menetap selama lebih dari enam bulan berdasarkan keberadaan RNA-nya. Karena infeksi kronis umunya baru menunjukan gejala setelah berpuluh tahun, dokter biasanya baru menemukan kasus pada saat pemeriksaan fungsi hati atau saat melakukan penapisan rutin pada orang berisiko tinggi. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan antara infeksi akut dan infeksi kronis.

Pemeriksaan Darah:

Pemeriksaam hepatitis C biasanya dimulai dengan pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah ada antibodi terhadap HCV dengan menggunakan uji imunoasai enzim. Jika hasil pemeriksaan ini positif, dilakukan pemeriksaan kedua unruk memastikan uji imunoasai dan untuk  menetukan beratnya penyakit. Uji imunboblot rekombinan memastikan uji imunoasai tersebut, dan reasksi rantai polimerase RNA HCV menentukan beratnya. Jika tidak ada RNA dan hasil imunoblot positif, orang tesebut pernah mengalami infeksi namun sudah teratasi baik dengan pengobatan maupun secara spontan, jika imunoblot negatif, artinya uji imunoasai salah. Uji imunoasai baru akan memeberikan hasil postitf enam hingga depalan minggu setelah infeksi.

Beberapa yang dapat menimbulkan dan penularan Hepatitis C:

  • Penggunaan narboba suntik

    Penggunaan narkoba suntik merupakan faktor risiko utama penularan virus hepatits C dibanyak negara di dunia.
     
  • Pajanan terkait layanan kesehatan

    Transfusi darah, produk darah, dan transplantasi organ tanpa penapisan HCV meinbulkan risiko yang tinggi terkena infeksi.
     
  • Hubungan seksual

    Tidak diketahui apakah hepatits C dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
     
  • Tindik dibagian tubuh

    Tato juga dapat meningkatkan risiko penularan hepatitis C hingga dua atau tiga kali lipat.
     
  • Kontak dengan darah

    Benda perawatan pribadi seperti pisau cukur, sikat gigi, dan perlatan manikur atau pedikur dapat berkontak dengan darah.
     
  • Penularan dai ibu ke anak

    Penularan hepatitis C dari ibu yang terinfeksi ke anaknya terjadi pada kurang dari 10% kehamilan.
Pencegahan Hepatitis C:

Hingga tahun 2011, belum ada vaksin untuk hepatitis C. Vaksin sedang dikembangkan dan sebagaian menunjukan hasil yang menjanjikan. Kombinasi strartegi pencegahan seperti program jarum suntik dan pengobatan untuk penyalahgunaan zat terlarang, menurunkan risiko hepatitis C hingga 75% pada pengguna narkoba suntik. Penapisan pada pendonor darah penting dilakukan pada tingkat nasionalm sesuai dengan universal precautions di fasilitas layanan kesehatan. Di negara-negara yang tidak memiliki pasokan spuit steril yangcukup, penyedia layanan kesehatan sebaiknya memberikan obat oral dibandingkan dengan obat suntik.

Hepatitis C juga dapat di obati secara herbal tanpa bahan kimia dengan kandungan yang dapat mengatasi berbagai penyakit.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »